FIKIH HIBURAN


“Demi dzat yang memiliki diriku! Kalau kalian selalu dalam keadaan seperti ketika bersamaku itu, atau dalam dzikir, niscaya malaikat akan terus menemani kalian di atas tempat tidur maupun dijalan. Akan tetapi wahai hanzahalah, segala sesuatu ada waktunya, segala sesuatu ada waktunya, segala sesuatu ada waktunya.” (HR. Muslaim dalm kitab At-Taubah : 2750)

“Kesulitan dapat menghasilkan pemudahan,” “Jika suatu hal susah diterapkan, maka diberikan keleluasaan,” dan “Keadaan darurat bisa menghalalkan hal yang semula dilarang.”

Kita perlu merujuk pada fikih madzhab-madzhab yang berbeda, baik yang ditulis oleh ulama terdahulu maupun ulama kontemporer. Kita tidak membatasi diri pada satu madzab tertentu, tetapi justru memanfaatkan kekayaan khazanah intelektual madzhab-madzhab itu. Kita seleksi bagian-bagain yang kita pandang lebih benar dalilnya, lebih lurus pendapatnya, dan lebih terarah jalannya, sambil terus mempertimbangkan antara dalil-dalil partikular dan tujuan-tujuan umum dari syari’at itu sendiri.

“Hendaklah kalian memudahkan, jarngan mempersulit. Dan berikanlah kabar gembira, bukan menimbuklan antipati” (HR. Bukhari dalamkitab Al-Ilm : 69 dan HR. Muslim dalam kitab Al-Jihad was-Sair : 1734)

Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu berkata, “Istirahatkanlah hati, dan carilah ‘gizi’ hikmah untuknya. Karena, sesungguhnya, hati bisa jenuh sebagaimana badan bisa capek.”

0 comments:

Post a Comment

 
Top